
Bahasa Jawa (bahasa Jawa: ꦧꦱꦗꦮ) adalah bahasa yang digunakan penduduk bersuku bangsa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti Banten (terutama Serang, Cilegon, dan Tangerang) serta Jawa Barat (terutama kawasan pantai utara yang meliputi Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon).
Bahasa jawa sendiri dibagi menjadi beberapa sub, seperti cara membacanya, angka jawa dan uniknya terdapat aksara/tulisan jawa...
dan ini dia beberapa sub yang mudah-mudahan bermanfaat..
pertama adalah angka jawa.. ini dia beberapa angka jawa nya silahkan dibaca.
2 = loro (N); kalih (K)
3 = telu (N); tigo (K)
4 = papat (N); sekawan (K)
5 = limo (N); gangsal (K)
6 = nem (N & K)
7 = pitu (N & K)
8 = wolu (N & K)
9 = songo (N & K)
10 = sepuluh (N); sedhoso (K)
11 = sewelas (N); setunggal welas (K)
12 = rolas (N); kalih welas (K)
13 = telulas (N); tigo welas (K)
14 = patwelas (N); sekawan welas (K)
15 = limolas (N); gangsal welas (K)
20 = rong puluh (N); kalih dhoso (K)
21 = selikur (N & K)
22 = rolikur (N); kalih likur (K)
25 = selawe (N); selangkung (K)
30 = telung puluh (N); tigang dhoso (K)
50 = seket (N & K)100 = satus (N & K)
1000 = sewu (N); setunggal ewu (K)
10000 = sepuluh ewu (N); sedhoso ewu (K)
1000000 = sayuto (N & K )
dan masih banyak lagi :)
lalu yang kedua adalah pengucapan bahasa jawa itu sendiri.. seperti ini..
Huruf Hidup (Vokal)“a” dibaca seperti biasa pada bahasa Indonesia/Melayu“a” atau “o” dibaca seperti mengeja “o” pada kata “bola” misalnya joko, nggowo (membawa)“i” dibaca seperti biasa pada bahasa Indonesia. Namun jika ada dua “i” seperti kata pithik (ayam), dalam bahasa Jawa baku huruf “i” yang kedua akan terbaca seperti “e” pada kata becak (pi:the’). Namun di dialek Banyumasan dan Jawa Timuran kesemuanya terbaca seperti “e” (pe:the’)“u” dibaca seperti biasa, namun dalam bahasa Jawa Baku, jika ada dua “u”, seperti mudhun (turun) akan terbaca (mu:dhon) dengan “o” seperti bosan, namun di Jawa Timur dan Banyumas terbaca seperti “o” pada bosan semuanya (mo:dhon).“e” terbagi menjadi tiga macam, yaknia. terbaca seperti peniti , contoh sepi, meri (anak itik)b. terbaca seperti ekonomi , contoh édhan (gila), wage, tempec. terbaca seperti merah, contoh gèthèk (rakit bambu)“o” terbaca seperti ijo .
Huruf Mati (Konsonan)Huruf tertentu seperti b, d, g, j mengalami penekanan sehingga terdengar seperti bh, dh, gh, jh dan diawal kata terdengar seperti mb, nd, ngg, nj contoh :Bogor dilafalkan mbogorGanyang dilafalkan ngganyangDemak dibaca ndema’Jawa, kadang dibaca njowoKemudian huruf k pada akhir kalimat terbaca seperti apostrof atau koma ‘ain…sepertiMasak dibaca masa’Bebek dibaca bebe’Nyemak (menyimak) dibaca nyema’Nyamuk dibaca nyamuk.
dan masuk bagian aksara jawa/tulisan dari bahasa jawa sendiri seperti ini...
Asal-Usul Aksara Jawa
Darimana aksara Jawa berasal? Dulu, ayah saya pernah mendongeng tentang
kisah Ajisaka yang memiliki dua orang pengawal, yaitu Dora dan Sembada.
Mereka tinggal di sebuah pulau bernama Majethi. Suatu hari, Ajisaka
mendengar kabar, bahwa di negeri Medhangkamulan, ada seorang raja yang
suka makan daging manusia, yaitu Prabu Dewatacengkar. Dibantu oleh Dora
dan Sembada, Ajisaka berhasil mengalahkan Dewatacengkar dan menjadi raja
di Medhangkamulan.
Nah, suatu saat, Dora dan Sembada diutus oleh Ajisaka untuk mengambil
senjatanya yang tertinggal di Majethi. Tak dinyana, keduanya terlibat
salah paham yang tak berkesudahan, akhirnya baku bertempur sengit dan
meninggal. Ajisaka yang tahu kedua pengawal kesayangannya meninggal,
sangat sedih. Maka, tercetuslah sebuah syair seperti ini:
Ha Na Ca Ra Ka (ada utusan)
Da TA Sa Wa La (saling berselisih pendapat)
Pa Dha Ja Ya Nya (sama-sama kuat/jaya)
Ma Ga Ba Tha Nga (sama-sama menjadi mayat)
Nah, 20 suku kata itulah yang akhirnya menjadi aksara Jawa. Tulisannya begini:
Untuk melengkapi, ada pelengkap huruf (sandangan) seperti ini.
Bagaimana cara menggunakannya? Berikut ini praktik menulis Jawa secara sederhana:
Itu cara pemakaian yang sederhana ya? Pada praktiknya, lumayan rumit
juga belajar aksara Jawa. Kalau mau lincah dan prigel baca-tulis aksara
Jawa, ayo main ke Solo! Banyak kok, pakar aksara Jawa yang dengan senang
hati berbagi ilmu. Buat apa sih, belajar aksara Jawa? Eh, jangan salah!
Banyak sekali kitab-kitab, berupa serat, babat, kakawin dan sebagainya,
yang masih asli ditulis dalam aksara Jawa, lho! Bagi penyuka sejarah,
teks-teks kuno ini pasti menantang untuk dipahami dan diselami.
Aksara Jawa ini, sering juga disebut sebagai hanacaraka, merujuk pada
lima huruf pertama. Namun, kemudian banyak disingkat menjadi carakan
saja. Menurut para pakar, berasal dari aksara kawi, dan merupakan
turunan dari aksara Brahmi dari India. Aksara Jawa dipakai pada zaman
kerajaan Hindu-Budha seperti Kediri, Singhasari, Majapahit dan
sebagainya.
Pada saat Islam berkembang di Jawa, yakni zaman Demak hingga Pajang,
aksara Jawa sempat diganti dengan huruf Arab Pegon (kapan-kapan saya
jelaskan, ya…). Namun, pada saat Mataram, aksara Jawa kembali dipakai.
Hingga saat ini, dua keraton besar di Jawa, yakni Yogyakarta dan
Surakarta, masih berusaha meng-uri-uri pemakaian aksara Jawa.
Jadi, kalau teman-teman berkunjung di dua kota ini, masih cukup banyak
dijumpai tulisan-tulisan dalam aksara Jawa, misal di Balaikota,
gerbang-gerbang menuju kampung dan sebagainya.
Mari selamatkan warisan peninggalan nenek moyang kita!
Apa itu aksara Jawa?
Aksara Jawa yang dalam hal ini adalah Hanacaraka (dikenal juga dengan
nama Carakan) adalah aksara turunan aksara Brahmi yang digunakan atau
pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, Makasar,
Madura, Melayu, Sunda, Bali, dan Sasak.
Bentuk Hanacaraka yang sekarang dipakai sudah tetap sejak masa
Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada
abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan
abugida. Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang
paling tidak mewakili dua buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai
contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan
satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “hari”. Aksara Na
yang mewakili dua huruf, yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata
yang utuh bila dibandingkan dengan kata “nabi”. Dengan demikian,
terdapat penyingkatan cacah huruf dalam suatu penulisan kata apabila
dibandingkan dengan penulisan aksara Latin.
Penulisan Aksara Jawa
Pada bentuknya yang asli, aksara Jawa Hanacaraka ditulis menggantung (di
bawah garis), seperti aksara Hindi. Namun pada pengajaran modern
menuliskannya di atas garis.
Aksara Hanacaraka memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan yang
berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf “utama” (aksara murda, ada yang
tidak berpasangan), 8 pasangan huruf utama, lima aksara swara (huruf
vokal depan), lima aksara rekan dan lima pasangannya, beberapa
sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda
baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan (pada).
1. Huruf Dasar (Aksara Nglegena)
Aksara Nglegena adalah aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata atau
biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu:
ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga,
ba, tha, nga
2. Huruf Pasangan (Aksara Pasangan)
Aksara pasangan dipakai untuk menekan vokal konsonan di depannya. Misal,
untuk menuliskan mangan sega (makan nasi) akan diperlukan pasangan
untuk “se” agar “n” pada mangan tidak bersuara. Tanpa pasangan “s”
tulisan akan terbaca manganasega (makanlah nasi).
Berikut daftar Aksara Pasangan:
3. Huruf Utama (Aksara Murda)
Aksara Murda yang digunakan untuk menuliskan awal kalimat dan kata yang
menunjukkan nama diri, gelar, kota, lembaga, dan nama-nama lain yang
kalau dalam Bahasa Indonesia kita gunakan huruf besar.
Berikut Aksara Murda serta Pasangan Murda:
Sampai disini sebetulnya sudah bisa langsung dicoba dan biasanya
dianggap sah-sah saja tanpa tambahan aksara-aksara yang lain (seperti
kutulis di bawah). Karena yang berikutnya rada riweuh juga
mempelajarinya.
4. Huruf Vokal Mandiri (Aksara Swara)
Aksara swara adalah huruf hidup atau vokal utama: A, I, U, E, O dalam
kalimat. Biasanya digunakan pada awal kalimat atau untuk nama dengan
awalan vokal yang mengharuskan penggunakan huruf besar.
5. Huruf vokal tidak mandiri (Sandhangan)
Berbeda dengan Aksara Swara, Sandangan digunakan untuk vokal yang berada
di tengah kata, dibedakan termasuk berdasarkan cara bacanya.
6. Huruf tambahan (Aksara Rekan)
Aksara Rekan adalah huruf yang berasal dari serapan bahasa asing, yaitu:
kh, f, dz, gh, z
7. Tanda Baca (Pratandha)
Dalam penulisan kalimat dalam Aksara Jawa dibutuhkan pula pembubuhan
tanda baca, yang berbeda-beda dalam penggunaannya. Pokoke mumet dot com
:D
Selain huruf, Aksara Jawa juga punya bilangan (Aksara Wilangan)
Baca Tutorialnya Di: http://dududth.blogspot.co.id/2012/08/belajar-aksara-jawa-yang-terlupakan.html
Postingan Dari Dududth.blogspot.com Silahkan Kunjungi blog saya
Baca Tutorialnya Di: http://dududth.blogspot.co.id/2012/08/belajar-aksara-jawa-yang-terlupakan.html
Postingan Dari Dududth.blogspot.com Silahkan Kunjungi blog saya
Apa itu aksara Jawa?
Aksara Jawa yang dalam hal ini adalah Hanacaraka (dikenal juga dengan
nama Carakan) adalah aksara turunan aksara Brahmi yang digunakan atau
pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, Makasar,
Madura, Melayu, Sunda, Bali, dan Sasak.
Bentuk Hanacaraka yang sekarang dipakai sudah tetap sejak masa
Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada
abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan
abugida. Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang
paling tidak mewakili dua buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai
contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan
satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “hari”. Aksara Na
yang mewakili dua huruf, yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata
yang utuh bila dibandingkan dengan kata “nabi”. Dengan demikian,
terdapat penyingkatan cacah huruf dalam suatu penulisan kata apabila
dibandingkan dengan penulisan aksara Latin.
Penulisan Aksara Jawa
Pada bentuknya yang asli, aksara Jawa Hanacaraka ditulis menggantung (di
bawah garis), seperti aksara Hindi. Namun pada pengajaran modern
menuliskannya di atas garis.
Aksara Hanacaraka memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan yang
berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf “utama” (aksara murda, ada yang
tidak berpasangan), 8 pasangan huruf utama, lima aksara swara (huruf
vokal depan), lima aksara rekan dan lima pasangannya, beberapa
sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda
baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan (pada).
1. Huruf Dasar (Aksara Nglegena)
Aksara Nglegena adalah aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata atau
biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu:
ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga,
ba, tha, nga
2. Huruf Pasangan (Aksara Pasangan)
Aksara pasangan dipakai untuk menekan vokal konsonan di depannya. Misal,
untuk menuliskan mangan sega (makan nasi) akan diperlukan pasangan
untuk “se” agar “n” pada mangan tidak bersuara. Tanpa pasangan “s”
tulisan akan terbaca manganasega (makanlah nasi).
Berikut daftar Aksara Pasangan:
3. Huruf Utama (Aksara Murda)
Aksara Murda yang digunakan untuk menuliskan awal kalimat dan kata yang
menunjukkan nama diri, gelar, kota, lembaga, dan nama-nama lain yang
kalau dalam Bahasa Indonesia kita gunakan huruf besar.
Berikut Aksara Murda serta Pasangan Murda:
Sampai disini sebetulnya sudah bisa langsung dicoba dan biasanya
dianggap sah-sah saja tanpa tambahan aksara-aksara yang lain (seperti
kutulis di bawah). Karena yang berikutnya rada riweuh juga
mempelajarinya.
4. Huruf Vokal Mandiri (Aksara Swara)
Aksara swara adalah huruf hidup atau vokal utama: A, I, U, E, O dalam
kalimat. Biasanya digunakan pada awal kalimat atau untuk nama dengan
awalan vokal yang mengharuskan penggunakan huruf besar.
5. Huruf vokal tidak mandiri (Sandhangan)
Berbeda dengan Aksara Swara, Sandangan digunakan untuk vokal yang berada
di tengah kata, dibedakan termasuk berdasarkan cara bacanya.
6. Huruf tambahan (Aksara Rekan)
Aksara Rekan adalah huruf yang berasal dari serapan bahasa asing, yaitu:
kh, f, dz, gh, z
7. Tanda Baca (Pratandha)
Dalam penulisan kalimat dalam Aksara Jawa dibutuhkan pula pembubuhan
tanda baca, yang berbeda-beda dalam penggunaannya. Pokoke mumet dot com
:D
Selain huruf, Aksara Jawa juga punya bilangan (Aksara Wilangan)
Baca Tutorialnya Di: http://dududth.blogspot.co.id/2012/08/belajar-aksara-jawa-yang-terlupakan.html
Postingan Dari Dududth.blogspot.com Silahkan Kunjungi blog saya
Baca Tutorialnya Di: http://dududth.blogspot.co.id/2012/08/belajar-aksara-jawa-yang-terlupakan.html
Postingan Dari Dududth.blogspot.com Silahkan Kunjungi blog saya
adapted from=
http://piyekabare.blogspot.co.id/2007/07/belajar-bahasa-jawa.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa
http://www.afifahafra.net/2015/10/ayo-belajar-aksara-jawa.html
comment=
this text was good. I can tell everyone who read my blog. and also give me more information about java language ...
0 komentar:
Posting Komentar