Bahasa Sasak Lombok
Bahasa Sasak
dipakai oleh masyarakat Pulau Lombok, provinsi Nusa Tenggara Barat. Bahasa ini
mempunyai gradasi sebagaimana bahasa Bali dan bahasa Jawa. Bahasa Sasak
serumpun dengan bahasa Sumbawa.
Bahasa Sasak mempunyai dialek-dialek yang berbeda menurut wilayah, bahkan dialek di kawasan Lombok Timur kerap sukar dipahami oleh para penutur Sasak lainnya. Sebagai contoh, kawasan antar rukun warga (RW) yang hanya berjarak 500 meter sudah memiliki dialek yang sangat berbeda.
Angka bahasa sasak
Satu
= Sekeq
Dua
= Due
Tiga
= Telu
Empat = Empat
Lima
= Lime
Enam
= Enem
Tujuh = Pituq
Delapan = Baluq
Sembilan = Siwaq
Sepuluh = Sepuluh
Aksara sasak
Aksara Sasak
Mungkin kita
anak-anak muda generasi2 modern sasak ada yang tidak tahu tentang aksara sasak
tapi hampir sepertinya tau karna telah masuk pada materi muatan lokal di
sekolah-sekolah dasar sampai menegah atas. Sedikit mengulas lagi tentang aksara
sasak dan melihat beberapa perbedaan dengan aksara Jawa.
Aksara
Berdasarkan
asal usul-usul serta pemakaian naskah di dalam naskah lontar baik
berbahasa Sasak maupun berbahasa jawa (Kawi), aksara Jejawan/aksara
Sasak dibedakan atas tiga kelompok yaitu :
Aksara Carakan ( Sasak; Aksara Baluq Olas )
Aksara Swalalita
Aksara Rekan
Aksara Carakan
Asal
usul aksara Jejawan/sasak adalah dari Aksara Jawa, dari segi pelafalan
berjumlah 20 buah dengan urutan : ha , na , ca , ra , ka ,da , ta ,sa ,
wa , la , pa , dha , ja , ya , nya , ma , ga , ba , tha , nga.
Yang diserap ke dalam aksara Jejawan/Sasak hanya 18 buah dan disebut aksara Baluq Olas dengan tata urutan sebagai berikut :
Aksara Swalalita
Yaitu
aksara yang dipakai untuk tulis menulis dalam naskah-naskah lontar
Sasak baik naskah berbahasa Sasak maupun berbahasa Jawa (Kawi). Aksara
Swalalita terdiri atas :
Huruf Vokal ( Aksara Swara )
Huruf Konsonan ( Aksara Wyanjana )
Contoh aksara sawara :
Aksara Swara ini digunakan bila ia berdiri
di depan serta menyatakan nama diri, nama tempat, nama haria dll. Aksara
Swara ini juga berkedudukan sebagai Aksara Murdha, yang jika dialih
aksarakan ke huruf latin-indonesia menjadi huruf Kapital, kecuali le.
Contoh :
Aksara Swara : i , u , e , o , dan e,
apabila melekat pada aksara Wyanjana maka aksara Swara berubah menjadi
sandarangan bunyi dengan bentuk-bentuk tertentu serta penempatannya ada
di atas, di bawah, di depan atau di belakang, seperti berikut :
Aksara Wyanjana : h, r , ng berada pada
akhir suku kata, berubah menjadi sandangan bunyi dan berfungsi untuk
mematikan suku. Sedangkan ” ra ” dan ” re ” untuk menghidupkan suku.
Aksara Carakan ( aksra baluq olas ) secara
lahiriah telah mengandung bunyi vocal ” a ” , serta merupakan satu suku.
Apabila belum mengandung bunyi vocal ” a ” ( h, n, c dst. Bukan ha, na,
ca dst.) disebut Aksra Legena.
Dari tabel aksra Wyanjana di atas jelaslah
dapat di ketahui pemakaian aksara Wyanjana pada naskah lontar sasak yang
berbahasa Kawi dengan naskah lontar yang berbahasa Sasak.
Keterangan tambahan :
KANTYA adalah
suara vocal atau konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah
kepada guttur (kantha) yaitu bagian langit-langit dekat kerongkongan.
Terdiri atas : a, ka, kha, ga, gha, nga.
TALAWYA adalah
suara vocal atau konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah
kepada palatum (talu) yaitu langit-langit lembut. Terdiri atas : i, ca,
cha, ja, nya,.Talawya juga disebut Aksara Kalpaprana yaitu aksara yang
lahir dari articulator tengah lidah yang disertai hembusan nafas kecil.
MURDHANYA adalah
suara vocal atau konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah
kepada langit-langit keras (murdha atau ceberum). Terdiri atas : ta, da,
na, re.
DANTYA adalah suara vocal atau
konsonan yang dihasilkan dengan menyentuhkan ujung lidah kepada lengkung
kaki gigi atas ( dental atau danta ). Terdiri atas : ta, tha, da, dha,
na, la.
OSTHYA adalah suara vocal atau
konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan kedua bibir ( labial atau
ostha ). Terdiri atas : u, pa, pha, ba, bha, ma. Osthya juga
disebut aksra Maharaprana yaitu aksara yang mendapat hembusan nafas
besar.
ARDHASWARA adalah bunyi setengah vocal dan setengah konsonan ( semivokal atau antyaswara). Tersiri atas : ya, ra, la, wa.
USNA adalah bunyi desis ( sibilant atau asthiswara). Terdiri atas : ça, sha, sa .
WISARGA adalah bunyi yang terjadi dengan adanya hembusan nafas serta tidak memiliki daerah artikulasi (aspirat).
GLOTAL STOP adalah bunyi yang dihasilkan dengan jalan menutup rapat hembusan nafas pada rongga mulut.
Dengan
adanya lambing bunyi Glotal Stop yaitu (‘/q) maka dapat diketahui bahwa
aksara Wyanjana yang dipakai sebagai alat tulis menulis dalam bahasa
sasak berjumlah 19. Hal ini pula yang membuktikan bahwa Aksara
Jejewan/Sasak menunjukkan cirri tersendiri dalam melambangkan bunyi.
Aksara Murdha
Aksara
Wyanjana yang diberi tanda o> tergolong aksara murdha. Menurut Kamus
Jawa Kuna-Indonesia karangan L. Mardiwarsito, murdha memiliki dua
pengertian yaitu :
Kepala
Langit-langit keras, daerah terjadinya bunyi.
Aksara
murdha di Jawa diidentikkan dengan huruf Kapital, berarti mengacu
kepada pengertian ” kepala “. yang perlu diketahui, dalam penulisan ,
aksara murdha tidak selalu berada di awal kata, melainkan bias di tengah
atau dibelakang. Namun dalam pengalihan aksara ke huruf latin menjadi
capital.
Dalam khaznah naskah lontar Sasak,
aksara murdha umumnya hanya terpakai pada naskah lontar Sasak yang
berbahasa Jawa ( kawi ) berbeda halnya dengan naskah lontar Sasak yang
berbahasa Sasak, tidak mengenal pemakaian aksara murdha.
Yang
membedakan aksara Jejawan ( sasak ) dengan aksara Jawa atau Bali adalah
bunyi Glotal Stop yang dilambangkan dengan aksara …… .Berdsarkan
pengamatan penulis ( red. Argawa ) untuk sementtara ini, aksra Jejawan
dalam bahasa Sasak tidak mengenal pemakaian ……. Sebagai aksara Murdha,
melainkan sebagai aksara Glotal Stop.
Contoh pemakaian aksara Murdha :
Aksara Rekan
Adalah
aksara buatan untuk melambangkan bunyi dalam bahasa Arab. Bentuk aksara
Rekan tetap diambil dari aksara carakan yang mirip dengan bunyi dalam
bahasa Arab yang dilambangkan dengan membubuhi tanda titik 3 buah di
atasnya.
Angka
Bentuk-bentuk angka dalam aksara Jejawan, mulai satuanm puluhan, dan ratusan adalah sebaga berikut :
teks bahasa sasak
Basa Sasak sino tekadu leq gumi Lombok. Araq telu
kelueq tingkatanna. Base saq biasa (misalna aku,aoq, kamu, ante dll.. ), base
madya (misalna side, tabe dll..), base saq utami (base alus). Araq masih
base saq kasar, laguq base niki ndeqna cocok tekadu ngeraos sengaq maraq ongkat
dengan sili ato gedeq. Dengan sasak harus na betutur sopan maraq ongkat seloka
(semboyan) “Bewacan manis betingkah halus beradat tindih”, lamunta mele jari
dengan solah, wajipta ngeraos sopan dait batur, lebih-lebih ngeraos kance dengan
saq uah lingsir. Terus betingkah solah, gaweq pegawean saq ndeq melenceng eleq
agama dait adat, adenta ndaq teparan “dengan ndeq naon adat”.
Mawinan niki, lamunta ndeq mele teparan dengan saq
ndeq naon adat, silaq teberajah ngadu basa alus. Lamunta uah biase ngadu basa
alus, Insya Allah gen molus doang pengelampan idup.
A. Conto kalimah:
A. Conto kalimah:
1.
Pak guru lumbar aning Paok Pampang.
2.
Inaq tiang Kenyeken melinggih leq batu.
3.
Baloq Semet kayun gati nyedah.
4.
TGH.Lalu Azhari girang munggah leq masigit.
5. Ibu
Kepala Sekolah tumbas buku leq Cakra.
6.
Daweg, ngiring simpang leq pondok tiang.
7.
Sai iring pelinggih aning Dasan Bawaq?
8.
Pak Budiono burung rauh tipak SMP Darul Hamidin.
9.
Kakak tiang nenten man wikan besepeda motor.
10. Tiang tependikayang
isiq Mamiq pesilaq pelinggih zikir bareh kemalem.
11. Sampun
napi kabar mamiq?
12. Kakiq
tiang kenyekenna ngayahin temoe leman Pedaleman Padamara.
13. Mamiq
girang paos takepan leq berugaq malem-malem.
14.
Sampunang pelungguhda kalih kayun lamun tiang pamit bejulu.
15. Niniq
tiang nenten iling pasengan pelungguhda sanak.
16. Bau
tiang pamitang lanjaran doe sebiji?
17. Pageran
kakak tiang beloang beleq gati.
18.
Ampurayan, nenten araq jari pacetan sanak.
19. Inaq
tiang nenten puput sekolah dasar.
20. Upakcara
sorong serah aji krama masihn temargiang leq Desa Padamara sampe mangkin.
C. Aturan
ngadu basa alus
Lueq
batur sasak masih ndeqman tepeng ngadu basa alus, maraq misalna kaduang diriq
basa alus. Sengaq basa alus sino tekadu tipaq dengan lain. iye jari tanda ta
hormat tipaq dengan saq kancenta ngeraos ato bekarante. Ngumbe sebabna ndeqna
kanggo alusang diri kadu basa alus? Sengaq lamunta alusang diriq, bermakna
petaeq (tinggiang) diriq, sapih kenen dait kasup diriq. Apalagi leq dalam
agama tesuruhta jari manusa saq bawaq tarung. Ndeqta kanggo ajum. Lamunta uah
bawaq tarung, ndaraq lai ne pelai malik, jari atas doang lai na. Sine maksudna,
lamunta hormat dengan, pastina dengan hormat ite endah. Jarin dengan saq jari
petaeq ite, ite jari petaeq dengan. Jarin saling petaeq. Iye saq teparan
saling hormat.
Conto kalimah saq kurang tepat:
1.
Silaq menu, tiang lumbar juluq.
2.
Pasengan tiang, Bahtiar.
3.
Piran pelungguhda pareq* malik?
Kalimah Saq kenaq!
1.
Silaq menu, tiang lalo juluq atawe Silaq menu, tiang pamit juluq.
2.
Aran tiang, Bahtiar.
3.
Piran pelungguhda rauh malik?
(*Pareq: menemui, conto kalimah: lemak bian kemalik
pareq pak guru).
adapted from=
http://lalujamali.blogspot.co.id/2012/12/berajah-basa-halus-sasak.html
http://lalujamali.blogspot.co.id/2012/12/berajah-basa-halus-sasak.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sasak
http://dengan-lombok.blogspot.co.id/2014/09/bahasa-sasak-untuk-belanja-di-tempat.html
http://sdn5montongbaan.blogspot.co.id/2011/12/aksara-sasak.html
comment=
this text was good. I can tell
everyone who read my blog. and also give me more information
about Sasak language ...
0 komentar:
Posting Komentar